Meski harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar belum naik harganya, tetapi sudah berdampak terhadap warga, khususnya nelayan di pantai timur Kabupaten Ogan Komering Ilir. Para nelayan kesulitan mendapatkan bahan bakar untuk transportasi ke laut.
Robinson seorang nelayan asal Desa Simpang Tiga Jaya Kecamatan Tulung Selapan OKI menuturkan, kelangkaan bahan bakar minyak jenis solar sudah terjadi sejak dua pekan terakhir. “Akibatnya kami tadinya melaut mencari ikan setiap hari terpaksa dalam seminggu hanya tiga kali melaut. Ini semua disebabkan kesulitan mendapatkan minya,” tutur Robinson pada wartawan, Kamis (25//4/2013).
Kelangkaan BBM menurut Robinson, disebabkan tongkang atau perahu jukung yang selama ini mensuplai solar dari Palembang ke Pasaran Simpang Tiga hanya datang satu bulan sekali mengantar minyak ke tiga kecamatan. “Padahal sebelumnya motor tongkang mengirim minyak setiap setengah bulan sekali, sehingga stok minyak di tingkat pengecer di tiga Kecamatan tersebut masih tersedia, tetapi sekarang sudah langka,” ungkapnya.
Disebutkan Robinson, nelayan di Desa Sungai Lumpur, Sungai Jeruju, Kuala Sungai Pasir, Kuala Dua Belas dan Somor Kecamatan Cengal saat ini meletakan jaringnya. Kemudian nelayan Desa Sungai Sibur dan Pinang Indah Kecamatan Sungai Menang sementara ini tidak melaksanakan aktifitas. Begitu juga, nelayan Desa Simpang Tiga Abadi, Simpang Tiga Makmur, Simpang Tiga Jaya, Kuala Dua Belas Kecamatan Tulung Selapan.
Padahal disebutkan Robinson, saat ini di laut sedang musim ikan, tapi karena tidak ada bahan bakar minyak solar, terpaksa nelayan tidak melaut. “Dalam sehari rata-rata nelayan ini menghabiskan minyak 60 liter bahkan lebih setiap harinya. Sekarang solar terkadang ada dan terkadang tidak ada. Jadi bagaimana mau mencari nafkah di laut,” kata Robinson.
Robinson berharap pemerintah harus mempunyai kebijakan untuk melakukan keputusan dengan membuat SPBU terapung khusus nelayan. “Saya berharap di Pasar Sungai Lumpur ada SPBU terapung agar para nelayan ini sejahtera yang merata,” harap Robinson.